wibiya widget

rss

Rekombinasi Deoxyribolnucleic Acid (DNA)


 Setiap makhluk hidup mempunyai gen. Gen merupakan penentu sifat yang terdapat di dalam kromosom. Apabila gen ini berubah, maka sifat dari makhluk hidup juga berubah, sehingga banyak ahli yang memanfaatkan untuk mengubah gen dengan tujuan mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat sesuai yang dikehendaki. Proses pengubahan gen-gen ini disebut dengan nama rekayasa genetika. Ada beberapa macam rekayasa genetika di antaranya adalah rekombinasi DNA, fusi sel, dan transfer inti. Rekombinasi DNA merupakan hal yang mendasar dan sangat penting dalam makhluk hidup adalah jika terjadi proses reproduksi secara seksual yang normal, maka akan terjadi pemisahan dan penggabungan kembali molekul-molekul DNA dari kromosom. Teknik pemisahan dan penggabungan ini dijadikan oleh ilmuwan untuk lebih dikembangkan. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai struktur DNA yang sama, untuk itulah DNA dari satu spesies dapat disambungkan dengan DNA dari spesies yang lain, dengan tujuan agar mendapatkan sifat yang baru. Proses penyambungan ini dikenal dengan nama rekombinasi DNA. Misalnya, telah ditemukannya gen seekor sapi yang berhasil dipindahkan ke dalam bakteri sehingga bakteri tersebut telah menerima gen asing yang tepat seperti gen aslinya. Gen ini akan mempunyai sifat-sifat dari sapi tersebut dan akan mempunyai sifat gen baru disebut gen yang diklon. (Watson,dkk 1988).
Rekayasa genetik dapat mengubah genotipe suatu organisme dengan cara mengenalkan gen-gen baru yang belum dimiliki oleh suatu spesies. Teknik menyambung gen ini telah berhasil dan sukses dalam menghasilkan gen baru. Para ahli menggunakan teknik rekayasa genetika dengan menggunakan mikroba-mikroba seperti bakteri untuk membuat substansi yang tidak dapat dibuat oleh organisme yang direkayasa. Tetapi pengenalan gen-gen dalam bakteri jauh lebih sulit, karena para ahli harus mendapatkan gen yang diinginkan kemudian menggabungkan ke dalam DNA dari bakteri (Kimbal, John W. 1989).
Gen yang diinginkan ini akan dihubungkan menjadi suatu lingkaran DNA bakteri kecil yang disebut dengan plasmid. Kemudian plasmid ini siap untuk memasuki sel bakteri dan akan direplikasi bersama-sama DNA selnya sendiri. Dengan cara ini, maka semua gen plasmid dan sel-selnya sama seperti gen-gen aslinya. Selanjutnya, plasmid ini akan diteruskan dari satu sel ke sel lainnya dengan cara transformasi. Untuk menghubungkan gen-gen asing ke dalam plasmid memerlukan rekombinasi genetik. (Milkman and Bridges,1993).
Berbagai penyakit viral diperkirakan akan bisa disembuhkan dengan vaksinasi jenis baru. Vaksin baru ini dibuat dari protein bibit penyakit yang dipisahkan melalui rekayasa genetik. Protein pembangkit antibodi ini aman karena sifat-sifat bibit penyakitnya telah dilumpuhkan sama sekali. Bila dibandingkan, vaksin di masa kini dibuat dari bibit penyakit yang masih membawa sifat-sifatnya (yang dilemahkan). Pengembangan rekayasa genetik yang paling spektakuler dan mungkin menentukan perkembangan di bidang kedokteran adalah teknik pembuatan antibodi monoklonal. Teknik yang ditemukan dua ilmuwan Georges Kohler dan Cesar Milstein di tahun 1975 ini mampu memisahkan antibodi yang khas dari jutaan jenis antibodi yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka, suatu antibodi dapat dengan pasti mengatasi suatu penyakit. Percobaan Kohler-Milstein, pada awalnya, adalah mencari antibodi untuk mengatasi kanker. Pada eksperimentasi itu, kedua penemu menyatukan sel-sel pembuat antibodi yang didapat dari tikus yang sudah dijangkiti kanker, dengan sel-sel kankernya. Sel-sel hasil gabungan, yang dikenal dengan nama sel-sel hibridomas, ternyata mampu menghasilkan antibodi yang khas untuk menghadapi kankernya dalam suatu koloni jaringan (Roberts, dkk. 1995).
Kloning gen dalam akukultur sekarang sangat berguna dalam memperbanyak serta menyimpan baik insulin maupun protein-protein penyandi gen tertentu yang nanti akan digunakan dalam kepentingan akuakultur. Pengklonan gen GFP (Green Fluorescent Protein) yang berasal dari ubur-ubur Aequorea Victoria pada masa sekarang lagi maraknya. Para peneliti dan ilmuwan banyak menggunakan bakteri seperti E.coli sebagai tempat insersi protein GFP ini. Selain itu kloning gen mampu memproduksi insulin. Fragmen DNA spesifik penyandi insulin di isolasi dan diklon dalam suatu vektor sehingga  membentuk DNA rekombinan yang selanjutnya dapa memproduksi insulin. Jenis bakteri E.coli digunakan karena mudah diinsersi dan DNA juga mudah melewati membran dari jenis bakteri ini selain bakteri ini memiliki kompeten sel yang bagus.

 

Komentar

Tag

Bahan Ajar (42) Biologi (33) Fisika (20) Guru (30) IPA (44) Kesehatan (11) Kimia (25) Kuliah (26) Media (3) Pembelajaran (56) Pendidikan (58) Penelitian (13) PLH (1)

Follower

Histats

Most Wanted