wibiya widget

rss

LINGKUNGAN RIIL : MEDIA BELAJAR BIOLOGI

Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut sehingga seorang anak dalam perkembangan karakternya tidak akan lepas dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Masih banyak yang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dengan biaya mahal, contohnya yang adalah  media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide Suara, video, Multimedia Interaktif, e-learning. Namun sesungguhnya hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri, bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam dilingkungan sekitar kita yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal. Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat  digunakan sebagai media alat peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung (by utility resources) , ataupun yang dirancang terlebih dahulu (by design resources) dan dapat pula dengan cara rekayasa media.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 109) “benda asli merupakan alat yang paling efektif untuk mengikutsertakan  berbagai indera dalam belajar”. Benda asli memiliki karakter yang masih orisinil, baik dalem segi ukuran besar dan kecil, berat, warna dan kadang-kadang disertai dengan gerak, bunyi, dan bau. Sehingga benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya. Dengan dasar tersebut, penggunaan benda asli yaitu benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life materials) dalam pengajaran adalah hal yang paling baik, karena dalam melihat benda-benda asli tersebut tentu memiliki ukuran, suara, gerakan, permukaan, bobot badan, dan lain-lain.
Menurut Ronald H. Anderson (1987: 183) “untuk mencapai hasil yang optimal dari pembelajaran, salah satu yang disarankan adalah kegiatan dilakukan di lingkungan yang sangat mirip dengan keadaan yang sebenarnya.” . Lingkungan nyata akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari dan bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya.
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut  antara lain : 1) menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, 2) praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti  listrik, 3) memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik, 4) karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik  dan kebutuhan siswa.  hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), 5) pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,  karena siswa   akan sering menemui  benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari, 6) media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.  dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah, 7) lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (Aristo Rahadi, 2010).
Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan riil akan bertambah kemungkinan bahwa siswa dapat mengembangkan sikap yang posistif terhadap pekerjaan mereka sejak awal pembelajaran. Sikap tersebut dapat dipupuk secara positif dengan membuat mereka mengenal bahwa keterampilan mereka berkembang bersama dengan berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, kekhawatiran siswa pada saat mereka meninggalkan lingkungan belajar di kelas untuk menghadapi situasi kerja nyata dapat dikurangi. Maka, dengan menggunakan media lingkungan riil akan memberikan kesempatan siswa dalam belajar ekosistem dapat melatih keterampilan manipulatif mereka dengan menggunkan panca indera mereka.

Cara Sehat Menaikkan Berat Badan [IDEAL]

Berat Badan Ideal
Masalah menurunkan berat badan sama rumitnya dengan menaikkan berat badan. Ada sementara orang yang makan terus-menerus agar bobotnya naik tetapi tak kunjung tercapai. Ada beberapa siasat praktis yang bisa dicoba.
Selain faktor genetik, meningkatkan bobot tubuh tak hanya cukup dengan memperbanyak porsi makanan berlemak dan berkalori. Mengimbangi asupan makan dengan olahraga juga penting untuk memicu naiknya bobot tubuh lebih tanpa mengundang penyakit .
Coba ikuti beberapa cara berikut ini untuk mendapatkan lemak sehat di beberapa bagian tubuh, seperti dikutip Times of India:
1.      Asupan kalori
Wanita dewasa membutuhkan asupan kalori sebanyak 2.000 - 2.500 setiap hari. Jika kebutuhan ini sudah terpenuhi, namun masih terlalu kurus, cobalah untuk makan lebih banyak susu, telur, ikan, dan daging berpadu roti dan sayuran. Juga kacang-kacangan yang kaya protein dan makanan dengan kadar pati tinggi (kentang, beras dan tapioka) bisa menjadi pilihan tepat.
2.      Ngemil
Cobalah untuk lebih banyak ngemil. Tapi ingat, jangan pilih junk food, pilihlah camilan berkalori tinggi yang lebih sehat seperti stick keju, muffin, buah kering, atau yoghurt. Selain itu, cobalah untuk makan dengan porsi lebih besar, setidaknya lima kali sehari.
3.      Minuman
Minumlah banyak cairan bernutrisi dan berkalori tinggi seperti susu, jus buah segar atau minuman energi agar bobot tubuh bertambah.
4.      Olahraga
Banyak orang berpikir olahraga bikin berat badan berkurang, padahal olahraga justru harus dilakukan untuk meningkatkan massa otot, seperti angkat beban. Lakukan olahraga secara teratur dengan periode singkat setiap latihan agar lemak tetap terjaga tanpa membuat tubuh lemas.
5.      Konsisten
Mengubah gaya hidup tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, semuanya membutuhkan proses. Yang pasti, harus ada komitmen untuk menjalaninya dan jangan mudah menyerah sebelum membuahkan hasil. Seperti penurunan berat badan, peningkatan berat badan yang sehat juga membutuhkan proses yang bertahap.

Bobot ideal
Takaran ideal bobot tubuh biasanya ditentukan dengan penghitungan indeks massa tubuh (body mass index/ BMI). Mereka yang obesitas memiliki indeks massa tubuh lebih dari 30. Sedangkan orang gemuk dibatasi pada skala 25-30, dan tubuh ideal sebesar 18,5-24,9. BMI dihitung dari berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat. Sebagai gambaran, seseorang berbobot 70 kg dan tinggi badan 160 cm memiliki BMI 27,4 kg per meter persegi. Angka yang memposisikannya dalam kategori gemuk itu muncul setelah membagi bilangan 70 kilogram dengan 2,56 meter persegi (1,6 meter x 1,6 meter).

TAHAPAN REAKSI SIKLUS KREBS



a)  Tahap I
Enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil koenzim-A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara gugua metal dan asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan tioester dan pembentukan senyawa koenzim-A bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi pendorong pertama untuk daur krebs.
b)  Tahap II
Merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cas-akonitat, dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis reaksi reversible penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat dalam 2 arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan isositrat.
c)   Tahap III
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan enyawa antara oksalosuksinat yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai koenzimnya. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi isositrat menjadi oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat. Pengubahan isositrat ke oksaloasetat dapat dihambat oleh difenilkloroarsin, sedangkan dekarboksilasi oksaloasetat dihambat oleh pirofosfat.
d)  Tahap IV
Adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan suksinil koenzim-A, yang merupakan reaksi yang ieversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sntesis ATP dari ADP dengan enzim nukleosida difosfat kinase.
e)   Tahap V
Suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan dengan flavin adenine dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada membrane dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai penerima hydrogen.
f)    Tahap VI
Merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap fumarat, meghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim. Enzim ini bersifat stereoospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses penambahan tras atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat.


g)  Reaksi VII (akhir)
L-malat doksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju rekasinya berjalan lancer ke kanan. Hal ini dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil koenzim-A adalah reaksi eksergonik yang ireversibel.

Kemampuan Memori



a. Pengertian Memori
Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental  bagi proses mental yang berhubungan dengan kinerja intelektual, dengan memori memungkinkan organisme  untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca, menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta tidak mampu berkomunikasi.
Kemampuan ingatan  secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian  mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985).  Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus  yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang.
Drever (1960) dalam Walgito (2003: 145) berpendapat :
”Memory : in the abstract and most general sense, that chararteristic of living organism, in vertue of which modify future experiences and behaviour, invirtus of which they have a history, and that history is recorded in themselves, than characteristic which underlines all learning, recall and recognition- what we call remembering- but there may be learning without remembering”

Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut , harus memahami bagaimana daya ingat itu bekerja, dengan demikian dapat memahami mengapa hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik.  Menurut Mahesh Kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: (1) Daya ingat mengenai sesuatu, (2) Kesan yang tinggal di daya ingat, (3) Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, (4) Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan.
Apabila dihubungkan dengan penguasaan materi baik oleh para siswai, maka kemampuan ingatan mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kemampuan untuk  menerima atau menangkap  dan memasukkan pesan atau materi  yang diterima ke dalam  ingatan; 2) Kamampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) Kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan  dan  disimpan  dalam ingatan; 4) Ketiga kemampuan tersebut antara individu satu dengan individu lain  tidak sama, bahkan pada individu yang sama belum tentu memiliki kesamaan dalam ketiga kemampuan di atas. Ada individu yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan pesan atau materi cukup baik, tetapi kemampuannya untuk  menyampaikan atau memunculkan kembali ke dalam kesadaran kurang baik. Ada juga yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan materi kurang baik, tetapi kemampuannya untuk menyampaikan atau memunculkan kembali cukup baik.
Kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memunculkan kembali pesan atau materi  mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efektifitas siswa dalam menerima materi maupun kemampuan mengulas kembali materi  belajar. Semakin baik kemampuan ingatan seorang siswa, maka semakin banyak materi yang akan diserap, disimpan dan diingatnya kemudian memunculkan dan mengkomunikasikannya. Begitu  juga semakin baik kemampuan ingatan, maka semakin banyak ia menerima, menyimpan dan mengingat pesan atau materi yang diterimanya kemudian diaplikasikannya dalam bentuk perilaku.
Kemampuan ingatan dikatakan baik apabila memiliki sifat-sifat  cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh dan luas dalam menyimpan serta siap memproduksi hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan tanpa kesulitan. Ingatan dikatakan setia apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dengan baik dan  tetap  atau tidak berubah sesuai dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan dikatakan teguh apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dalam jangka waktu yang cukup lama dan  tidak mudah lupa. Ingatan dikatakan luas apabila  mampu menyimpan  pesan atau materi dalam jumlah yang relatif  banyak, sedangkan ingatan dikatakan siap  apabila mampu dengan mudah mereproduksi atau memunculkan kembali pesan atau materi yang telah disimpan.
Ada dua cara  dalam mereprodukai atau memunculkan kembali pesan atau materi yang sudah tersimpan, yaitu dengan cara mengingat kembali atau recall dan mengenal kembali atau recognition. Pada mengingat kembali  individu dapat memunculkan  kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan tanpa adanya objek atau stimulus, sedangkan pada mengenal kembali individu dapat memunculkan kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan  adanya objek atau stimulus yang dapat dijadikan tumpuan dalam memunculkan pesan atau materi tersebut (Walgito, 1985).
Menurut Walgito (1985), ada beberapa cara  atau metode untuk mempelajari ingatan, yaitu metode mempelajari, metode mempelajari kembali, metode rekonstruksi, metode mengenal kembali, metode mengingat kembali dan metode asosiasi berpasangan. Terdapat perbedaan kemampuan dan kecepatan individu  untuk memasukkan  apa yang diamatinya dan semakin lama suatu materi  disimpan dalam ingatan dan jarang dimunculkan dalam kesadaran, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelupaan.
Selain kemampuan ingatan, ada faktor psikologis lain yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses dakwah, yaitu inteligensi. Inteligensi  adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta menyesuaikan  dengan lingkungan. Di dalam struktur inteligensi menurut Guilford juga terkandung komponen ingatan (Rustam, 1984).
Menurut Wechster (dalam Atkinson, dkk,1983) inteligensi adalah  sejumlah kapasitas atau seluruh kapasitas individu untuk bertindak, berpikir secara rasional dan untuk menyesuaikan  diri secara efektif dengan lingkungannya, sedangkan menurut Sternberg (dalam Atkinson, dkk, 1983) inteligensi meliputi empat kemampuan, yaitu  kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman, kemampuan untuk berfikir dan mempertimbangkan secara abstrak, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi sekeliling yang tidak menentu serta  kemampuan memotivasi  untuk menyelesaikan tugas-tugas yang perlu diselesaikan  dengan cara terbaik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan potensi yang diturunkan  dan dimiliki oleh setiap orang  untuk berfikir secara logis, berfikir abstrak dan kelincahan berfikir.
b.    Struktur Ingatan (Memori)

Secara struktural kemampuan ingatan (memori) dibedakan menjadi tiga sistem yang dikenal dengan model paradigma  Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madison (Solso, 1998), yaitu : 1) Sensory Memory (sistem ingatan sensori); 2) Short Term Memory (ingatan jangka pendek); 3) Long Term Memory (ingatan jangka panjang)

Sensory Memory  mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu kombinasi panca indera, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah  dan rabaan melalui kulit. Informasi tersebut akan diseleksi oleh individu secara sadar atau tidak sadar, bila informasi tersebut tidak diperhatikan, maka akan langsung terlupakan, tetapi bila diperhatikan, maka informasi tersebut akan ditransformasikan ke sistem ingatan jangka pendek, apabila diulang-ulang, maka akan masuk ke ingatan jangka panjang dan akan bersifat permanen. Adanya pembagian Short Term Memory dan Long Term Memory didasarkan pada suatu model pendekatan  information process, di mana pesan atau informasi  diproses melalui tahap-tahap  tertentu yang berurutan, sebelum masuk ke Long Term Memory pesan atau informasi tersebut  harus melewati tahap Short Term Memory.

Selanjutnya setelah berada dalam sistem ingatan jangka panjang, informasi tersebut dapat dimunculkan kembali melalui strategi tertentu (recall atau recognition) atau informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat dimunculkan kembali) karena kekurangan  dalam sistem pengarsipannya. Menurut Solso (1998), sistem ingatan jangka panjang  adalah kemampuan untuk menggali hal-hal lampau  dan menggunakan informasi tersebut untuk kejadian sekarang.

Kapasitas dan durasi sistem ingatan jangka panjang ini tidak terbatas, tetapi ada dua pendapat mengenai informasi yang tersimpan dalam sistem ingatan jangka panjang, yaitu : 1) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang tidak akan hilang, hanya individu tidak bisa memunculkan kembali; 2) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang dapat saja hilang karena adanya proses decay (pembusukan) atau interference (masuknya informasi baru yang mengganggu); 3) Huttenlucher dan Burke (dalam Matlin, 1989), mengatakan bahwa semakin sering orang menjaga ingatan atau memorinya, semakin banyak  informasi yang diingatnya, hal ini mengindikasikan  bahwa pengulangan  yang dilakukan untuk menjaga informasi yang diperoleh akan memungkinkan informasi yang masuk ke dalam sistem ingatan jangka pendek  masuk ke dalam sistem ingatan jangka panjang, kemudian pengaktifan sistem ingatan jangka pendek secara rutin akan memusatkan konsentrasi  dalam mengingat informasi.

Menurut Tulving (Solso, 1998), sistem ingatan atau memori yang paling baik  diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu memori prosedural, semantik dan episodik. Memori prosedural merupakan bentuk memori paling rendah, menyimpan hubungan antara stimulus dan respon yang dapat disamakan dengan ingatan asosiatif. Memori semantik adalah memori yang berhubungan dengan kata-kata, konsep-konsep, aturan-aturan dan ide-ide abstrak  yang bersifat kognitif. Memori semantik berguna untuk mendapatkan informasi dalam penyelesaian masalah, membaca atau dalam penggunaan bahasa. Memori ini sifatnya relatif stabil, menetap dan sulit hilang atau dilupakan. Memori semantik merupakan ensiklopedi mental  yang mengorganisasikan pengetahuan individu tentang kata-kata atau simbol verbal, makna dan referensinya, tentang hubungan yang terjadi di antara keduanya, tentang aturan, rumus-rumus dan sebagainya. Kapasitas seseorang untuk memproses informasi dengan cepat sangat dipengaruhi oleh efektivitas proses pengungkapan dan pengorganisasian informasi yang teratur  dalam memori semantik.

Sedangkan memori episodik adalah memori yang berhubungan dengan penerimaan dan penyimpanan  informasi tentang berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi  secara epoisodik dalam kehidupan manusia serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Memori episodik ini memiliki sifat sangat mudah berubah dan hilang karena informasi baru yang masuk, tetapi sangat penting untuk mengingat kembali berbagai peristiwa dan kejadian  (misalnya mengenal tempat dan orang). Memori ini kurang teratur struktur formalnya dibandingkan dengan memori semantik.

a.      Macam-macam Memori
Cognitive Model (Model Kognitif) mejelaskan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut: 1). Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary    lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut; 2) Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat;  3) Memori Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut.
Proses retrieval ini bisa berupa:  Recognition: Mengenali suatu stimulus   yang sudah pernah dialami   sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.  Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.  Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
d.  Cara Meningkatkan  Kemampuan Memori
Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Orang yang memiliki kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi; 3) Banyak latihan

PENCERNAAN MAKANAN



Tahap pertama proses pencernaan adalah masuknya bahan makanan ke dalam tubuh melalui mulut mengalami proses pencernaan, yaitu penguraian menjadi molekul yang lebih kecil yang berlangsung karena adanya air ludah yang mengandung berbagai enzim

Sistem pencernaan pada hakikatnya:
Saluran pipa panjang kenyal yang berkelok-kelok, mulai dari mulut sampai ke anus. Sementara bahan makan bergerak sepanjang saluran tersebut, berbagai cairan yang mengandung enzim dan zat kimia pencerna dimasukkan ke dalamnya dari berbagai organ tubuh, sebagai kelanjutan proses pencernaan yang telah dimulai di mulut.
Manusia mengkonsumsi tiga kategori biokimiawi makanan kaya energi: karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar tersebut tidak mampu menembus membrane plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekulmakan besar ini menjadi molekul nutrient yang lebih kecil yang dapat diserap.
Bentuk karbohidrat yang paling sederhana adalah gula sederhana misalnya glukosa, fruktosa dan galaktosa, yang dalam keadaan normal jumlahnya sangat sedikit dalam makanan. Sebagian besar karbohidrat yang dimakan adalah dalam bentuk polisakarida, yang terdiri dari rantai-rantai molekul glukosa yang saling berhubungan. Polosakarida yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung kanji yang berasal dari makanan nabati. Selain itu daginf yang mengandung glikogen, bentuk simpanan glukosa di dalam otot. Selain polisakarida, sumber karbohidrat makanan lainya dalam jumlah yang sedikit adalah adalah karbohidrat dalam bentuk disakarida, termasuk sukrosa (gula pasir, yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa) dan laktosa (gula susu yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa.
Kategori kedua makanan adalah protein, yang terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptide. Melalui proses pencernaan, protein diuraikan terutama menjadi konstituen mereka, yaitu asam amino serta beberapa polipeptida kecil, keduanya merupakan satuan protein yang dapat diserap.
Lemak merupakan kategori ketiga makanan. Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida, yaitu lemak netral, yang masing-masing terdiri dari kombinasi gliserol dengan tiga molekul asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua molekul asam lemak dipisahkan, meninggalkan sebuah minogliserol, satu molekul gliserol dengan satu molekul asam lemak melekat padanya. Dengan demikian, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak, yang merupakan satuan lemak yang dapat diserap.

Mekanisme Pencernaan Makanan dan Pengaturannya
 Saluran pencernaan makanan dimulai dengan mulut dan diakhiri dengan anus. Dimana pencernaan makan yang berupa karbohidrat, protein dan lemak akan dibahas pada organ-organ tertentu yang bertugas mencerna makanan jenis tersebut.
1.      Mulut dengan Bantuan Gigi dan Saliva
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lunang berbentuk bibir berotot, yang membenyu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi non pencernaan, yaitu penting untuk bebicara dan sebagai reseptor sensorik.
Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah, motilitas mulut yang melibatkan pemotongan, perobekan, penggilingan dan pencampuran makanan yang masuk oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecahkan makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil untuk mempermudah proses menelan; (2) untuk mencampur makanan dengan air liur; (3) unutk merangsang papil pengecap
Saliva memulai pencernaan karbohidrat, tetapi lebih berperan penting dalam hygiene mulut dan mempermudah bicara. Saliva, sekresi yang berkaitan dengan mulut diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Air liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amylase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
Pencernaan di mulut melibatkan hidrolisa polisakarida menjadi disakarida oleh amylase. Namun, sebagian besar pencernaan yang dilakukan oleh enzim ini berlangsung di korpus lambung setelah masa makanan dan air liur telah tertelan. Asam menyebabkan amylase tidak aktif, tetapi di bagian tengah massa yang belum dicapai oleh asam lambung, enzim ini terus berfungsi selama beberapa jam lagi. Di mulut tidak terjadi penyerapan makanan. Yang penting sebagian obat dapat diserap melalui mukosa mulut.
2.      Faring dan Esofagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esophagus adalah menelan atau deglutition.menelan dimulai ketika suatu bolus atau bola makanan, secara sengaja dirorong oleh lidah ke bagaian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla.
Sekresi esophagus seluruhnya adalah mucus. Pada kenyataannya, mucus disekresikan di sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mucus esophagus memperkecil kemungkinan rusaknya esophagus oleh bagian-bagian tajam makanan yang masuk. Selain itu, mucus melindungi dinding esophagus dari asam dan enzim getah lambung apabila terjadi refluks lambung. Waktu transit keseluruhan di faring dan esophagus rata-rata adalah 6-10 detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di daerah serabut.
3.      Lambung
Lambung menyimpan makanan dan memulai pencernaan protein. Lambung dibagi menjadi 3 bagian:
a)     Fundus, adalah bagian lambung paling atas terletak di atas lubang esophagus.
b)     Korpus, bagian tengah/utama lambung.
c)     Pylorus, bagian akhir lambung yang berfungsi sebgai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.

Lambung melakukan beberapa fungsi:
a)     Menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencenaan dan penyerapan yang maksimal.
b)     Mensekresikan HCl dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein. Akhirnya, melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran kental yang dikenal sebagai kimus.

Pengosongan dan pencampuran lambung sebagai hasil kontraksi peristaltik
Faktor di duodenum yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung. Empat faktor duodenum terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah lemak, asam, hipernisitas dan peregangan.
a)  Lemak.
Lemak dicerna dan diserap lebih lambat dibandingkan dengan nutrien lain. Selain itu pencernaan dan penyerapan lemak hanya berlangsung di dalam lumen usus halus. Oleh karena itu apabila di duodenum sudah terdapat lemak, pengosongan isi lambung yang berlemak lebih lanjut ke dalam duodenum ditunda sampai usus halus selesai mengolah lemak yang sudah ada di sana. Pada kenyataannya, lemak adalah perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung. Hal tersebut jelas tampak apabila yang sangat berlemak dengan makana yang mengandung karbohidrat dan protein.
b)  Asam
Karena lambung mengeluarkan HCl, kimus yang sangat asam dikeluarkan ke dalam duodenum, tempat kimus mengalami netralisasi oleh NaHCO3 yang disekresikan ke dalam lumen duodenum oleh pancreas. Asam yang tidak dinetralkan akan mengiritasi mukosa duodenum dan menyebabkan inaktivasi enzim-enzim pencernaan pancreas yang disekresikan ke dalam lumen duodenum.
c)   Hipernisitas
Pada pencernan molekul protein dan kanji di limen duodenum, dibebaskan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan penyerapan molekul-molekul asam amino tidak seimbang dengan kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat, molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada di dalam kimus dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum.
d)  Peregangan
Kimus yang terlalu banyak terdapat di duodenum akan menghambat pengosongan isi lambung lebih lanjut, sehingga duodenum mendapat kesempatan untuk menangani kelebihan volume kimus yang sudah dikandungnya sebelum menerima tambahan kimus dari lambung.

Sekresi Pepsinogen
Konstituen pencernaan utama pada getah lambung adalah pepsinogen, suatu molekul enzim inaktif yang disintesis dan dikemas oleh kompleks golgi dan RE sel utama. Pepsinogen disimpan di sitoplasma sel utama di dalam vesikel sekretorik yang dikenal sebagai granula zimogen, dan dari sana pepsinogen dikeluarkan melalui proses eksositosis bila ada stimulasi yang sesuai. Pada saat disekresikan ke dalam lambung, molekul pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim aktif, pepsin. Setalh terbentuk, pepsin bekerja pada molekul pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsinogen. Mekanisme semacam itu, yakni terdapat bentuk aktif suatu enzim mengaktifkan molekul enzim yang sama, disebut sebagai proses otokalitik.
Pepsin memulai pencernaan protein dengan memecah ikatan asam amino tertentu di protein untuk menhasilkan fragmen-fragmen peptide, enzim ini bekerja paling efektif pada lingkungan asam. Karena, dapat mencerna protein, pepsin harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif, sehingga zat ini tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk. Ole karena itu, pepsin dipertahankan dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat tersebut mencapai usus, tempat ia diaktifkan oleh HCl.
4.      Usus Halus
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Usus halus dibagi menjadi 3 segmen yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, sedangkan enzim-enzim usus halus bekerja intrasel
Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pancreas, pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim pancreas, lemak direduksi secara sempurna menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmeb-fragmen peptide kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Dengan demikian, pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan protein dan karbohidrat belum.
Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus membentuk tonjolan seperti rambut yang yang diperkuat oleh aktin dan disebut sebagai brush border, yang mengandung 3 kategorienzim:
a)     Enterokinase, mengaktifkan enzim pancreas tropsinogen.
b)     Disakaridase (sukrase, maltase dan lactase), menyelesaikan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida penyusunnya.
c)     Aminopeptidase, menghidrolisis fragmen peptide kecil menjadi komponen-komponen asam aminonya, sehingga pencernaan protein selesai.
Dengan demikian, pencernaan karbohidrat dan protein diselesaikan di dalam brush border sel.
Usus halus beradaptasi dengan baik untuk melaksanakan tugas menyerap zat gizi
Semua produk pencernaan karbohidrat, protei dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Biasanya, hanya penyerapan kalsium dan besi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Dengan demikiaan, semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang sangat disadari oleh mereka yang berusaha mengontrol berat badan.

Mekanisme khusus mempermudah penyerapan sebagian besar nutrient
a)  Penyerapan karbohidrat
Karbohidrat makanan disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa. Disakaridase yang terdapat di brush border usus halus selanjutnya menguraikan disakarida ini menjadi satuan monosakarida yang dapat diserap, yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa.
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder, sementara pembawa kotranspor di batas lukinal mengengkut monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Operasi pembawa kotranspor ini, yang tidak secar langsung menggunakan energi, bergantung pada gradient konsentrasi Na+ yang diciptakan oleh pompa Na+-K+ basolateral yang memerlukan energi.glukosa atau galaktosa, setelah dikumpulkan di dalam sel oleh para pembawa kotranspor, keluar dari sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi untuk masuk ke darah di dalam vilus. Fruktosa diserap ke dalam darah semata-mata melalui difusi tertasilitasi (transportasi pasif yang diperantarai oleh pembawa).
b)  Penyerapan protein
Yang dicerna dan diserap tidak hanya protein dari makanan, tetapi protein endogen yang masuk ke lumen saluran pencernaan dari tiga sumber berikut juga dicerna dan diserap
1)  Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang telah disekresikan ke dalam lumen.
2)  Protein di dalam sel yang lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran mukosa.
3)  Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari kapiler ke dalam lumuen saluran pencernaan.
Setiap hari dari ketiga sumber ini sekitar 20-40 g protein endogen masuk ke lumen. Jumlah ini dapat mencapai lebih dari separuh protein yang disajikan ke usus halus untuk dicerna dan diserap bersama preotein makanan untuk mencegah pengurangan simpanan protein tubuh. Asam amino yang diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk mensintesis protein baru di tubuh.
Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam amino dan beberapa fragmen peptide kecil. Asam-asam amino, diserap menembus sel usus melalui transportasi aktif sekunder, serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Dengan demikian glukosa, galaktosa dan asam amino semuanya memperoleh “tumpangan gratis” dari peptide kecil masuk melalui bentuan pembawa lain yang diuraikan menjadi konstituen-konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel.
Dengan demikian, proses penyerapan produk akhir pencernaan karbohidrat dan protein melibatkan system transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na+. dan kedua jenis produk akhir tersebut kemudian diserap ke dalam darah.
c)   Penyerapan lemak
Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidart dan protein karena adanya masalah lemak yang tidak larut dalam air. Lemak harus dipindahkan dari kimus yang cair melalui cairan tubuh yang mengandung banyak air walaupun lemak tidak larut dalam air. Dengan demikian, lemak harus menjalani serangkaian transformasi untuk mengatasi masalah ini selama pencernaan dan penyerapan.
Sewaktu isi lambung mengalir ke dalam duodenum, lemak yang ada menggumpal membentuk butir-butir trigliserida berukuran besar yang mengambang dalam kimus. Produk pencernaan lipase (monogliserida dan asam lemak bebas) juga tidak terlalu larut air, sehingga hanya sedikit produk-produk akhir pencernaan lemak ini dapat berdifusi menembus kimus untuk mencapai permukaan absorptof. Namun, komponen-komponen empedu mempermudah penyerapan produk-produk akhir pencernaan lemak ini melaui pembentukan misel. Setelah misel mencapai membran luminal sel-sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membrane sel epitel untuk memasuki interior sel-sel tersebut. Sewaktu produk-produk lemk tersebut meninggalkan misel dan diserap melalui mebran sel epitel, misel mampu menyerap monogliserida dan asam lemak  lain yang dihasilkan dari pencernaan molekul trigliserida di dalam emulsi lemak.
Garam-garam empedu secara terus menerus mengulangi fungsi mereka melarutkan lemak di sepanjang usus halus sampai semua lemak diserap. Kemudian garam-garam empedu itu sendiri diserap ulang di ileum terminal oleh mekanisme transportasi aktif khusus. Mekanisme tersebut merupakan proses yang efisien, karena garam empedu dalam jumlah terbatas yang mempermudah pencernaan dan penyerapan sejumlah besar lemak, dan setiap garam empedu berulang-ulang melakukan fungsi sebagai pengangkut sebelum direabsorpsi.
Setelah berada di dalam sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida yang bergabung membentuk butir-butir dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein sehingga butir lemak tersebut dapat larut dalam air. Butir lemak berukuran besar dan larut dalam air ini yang dikenal sebagai kilomikron, dikeluarkan melalui proses eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam vilus. Kilomikron kemudian masuk ke lacteal pusat, bukan ke kapiler, karena perbedaan structural diantara kedua pem,buluh tersebut. Kapiler memiliki membrane basah yang mencegah masuknya kilomikron, tetapi pembuluh limfe tidak memiliki sawar ini. Dengan demikian lemak dapat diserap ke dalam limfe tetapi tidak dapat langsung masuk ke darah.
Pemindahan monogliserida dan asam lemak bebas dari kimus menembus membrane sel epitel sebenarnya merupakan proses pasif, karena produk-produk akhir pencernaan lemak yang larut dan menembus bagian lemak dari membrane. Dengan demikian, penyerapan lemak dikatakan merupakan proses pasif. Namun, keseluruhan rangkaian proses yang diperlukan untuk menyerap lemak tetap memerlukan energi.

5.      Usus Besar
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rectum. Usus besar tidak mensekresikan enzim pencenaan apaun. Hal tersebut tidak diperlukan karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari larutan mucus alkalis (HCO3-), yang fungsinya adalah untuk melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis. Mucus menghasilkan pelumasan untuk memudahkan feses lewat, sedangkan HCO3- menetralkan asam-asam iritan yang dihasilkan oleh fermentasi local bakteri. Melalui perantaraan refleks-refleks pendek dan persarafan parasimpatis, sekresi meningkat sebagai respon terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi terhadap mukosa kolon.
Di dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim-enzim pencernaan. Namun, bakteri kolon melakukan pencernaan terhadap sebagian selulosa dan menggunakannya untuk kepentingan metabolisme mereka sendiri.
 

Komentar

Tag

Bahan Ajar (42) Biologi (33) Fisika (20) Guru (30) IPA (44) Kesehatan (11) Kimia (25) Kuliah (26) Media (3) Pembelajaran (56) Pendidikan (58) Penelitian (13) PLH (1)

Follower

Histats

Most Wanted