wibiya widget

rss

TEORI ASAM - BASA

Gb. Antoine Laurent Lavoisier
  
Sejak berabad-abad lalu para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutannya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan bahan lainnya), sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin, seperti bersabun). Untuk menjelaskan penyebab sifat asam dan basa, pada sejarah perkembangannya ilmu kimia mencatat berbagai teori.
Pada tahun 1777,  Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat-sifaft asam. Namun, pada tahun 1810, Sir HumpHey Davy (1778-1829) menemukana bahwa asam Hydrogen Klorida tidak mengandung unsur oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hydrogen yang merupakan unsur dasar dari setiap asam. Kemudian pada tahun 1814, Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan itu hanya dapat di definisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa dan dapat diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927) pada tahun 1884.

Asam
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H^+. Dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H^+. Assam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.
Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai berikut.

CH3COOH(aq)→〖CH3COO〗^-(aq) + H^+(aq) 
HCl(aq)→ H^+ (aq) + Cl^-(aq)    

Jumlah ion yang dihasilakn oleh satu molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang tetrbentuk dari asam setelah melepas ion H^+  disebut ion sisa asam.

Basa
Menurtu Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat mengahsilkan ion hidroksida (OH^-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH^-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut.

M(OH)x (aq)→ M^(X+)+ xOH^- (aq),

Jumlah ion OH^-  yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pada beberapa tahun terakhir ini pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi pembelajaran lainnya Contextual Teaching and Learning disingkat CTL merupakan strategi yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya.
 
Menurut Elaine B Johnson (2006) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah :
An educational process that aims to help students see meaning in academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aims, the system encompasses the following eight component: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assesment.
 
Kutipan pengertian di atas menegaskan hakikat CTL yang dapat diringkas dalam 3 (tiga) kata yaitu makna, bermakna, dan dibermaknakan. Dengan merujuk pada 4 (empat) konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching (refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional), learning (refleksi sistem kepribadian peserta didik yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan, instruction (sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar ), dan curriculum (sistem sosial yang berujung pada rencana untuk pengajaran) maka dalam CTL guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti (reinforcing),  yakni membantu peserta didik menemukan makna (pengetahuan) (Dunkin, 1974).
Dalam penerapan CTL ada sejumlah strategi yang mesti ditempuh yaitu:
Pertama, pengajaran berbasis problem. Dengan memuculkan problem yang dihadapi bersama, peserta didik ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkannya. Problem seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi peserta didik.
Kedua, menggunakan konteks yang beragam. Makna itu ada di mana-mana dalam konteks fisikal dan sosial. Guru membermaknakan pusparagam konteks (sekolah, masyarakat, tempat kerja, dan sebagainya), sehingga makna (pengetahuan) yang diperoleh peserta didik menjadi semakin berkualitas.
Ketiga, mempertimbangkan keberagaman peserta didik baik perbedaan individual dan sosial. Guru mengayomi peserta didik dan meyakini bahwa keberagaman dibermaknakan sebagai mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi.
Keempat, memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri. Peserta didik dilatih untuk kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit bantuan atau malah secara mandiri.
Kelima, belajar melalui kolaborasi, Peserta didik dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.
Keenam, menggunakan penilaian autentik. Hal ini menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontekstual, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ketujuh, mengejar standar tinggi. Standar unggul sering dipersepsikan sebagai jaminan, baik jaminan lulus, jaminan kerja, jaminan kepercayaan diri, jaminan menentukan masa depan. Hal ini perlu didengungkan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang kompetitif pada abad persaingan dewasa ini (Johnson : 2006).
 
Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).
Dari konsep tersebut ada 3 (tiga) hal yang harus dipahami. Pertama, CTL akan menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting agar materi yang dipelajari peserta didik tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan peserta didik memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
 
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Adapun 7 (tujuh) asas tersebut adalah :
  1. Konstruktivisme, adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
  2. Inkuiri, adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
  3. Bertanya (Questioning), adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
  4. Masyarakat Belajar (Learning Community) adalah proses kerjasama saling memberi dan menerima. Penerapannya dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Dalam hal tertentu guru bisa mendatangkan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk memberikan atau membahas masalah tertentu sesuai dengan materi pembelajaran.
  5. Permodelan (Modelling), adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh kepada siswa, atau siswa yang telah menguasai kemampuan tertentu memberikan contoh kepada temannya di depan kelas.
  6. Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
  7. Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan dengan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa (Jonson, 2006)

METODE PROYEK


A.    Pengertian Metode Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.

B.    Langkah-langkah Metode Proyek
Dalam menggunakan metode pemberian proyek ini ada beberapa langkah yang harus di lalui oleh guru terhadap siswa :
  • Rumuskan permasalahannya dengan jelas
  • Lakukan pembagian tugas serta deskriosi dari masing-masing tugas itu
  • Buat jadwal kegiatan sesuai dengan waktu yang disediakan
  • Rumuskan apa yang diharapkan diperoleh dari setiap kegiatan
  • Buat kesimpulan menyeluruh
  • Usahakan supaya hasil dari proyek itu dmeningkatkan keterampilaniketahui banyak orang (pameran, disajikan dan lain-lain)

Dalam perencanaan metode proyek terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan :
  • Kemampuan Pengelolaan, jika sisa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topik yang tepat. Mereka mungkin memilih topik yang terlalu luas sehingga sedikit informasi yang dapat ditemukan. Mereka mungkin juga kurang tepat untuk memperkirakan waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
  • Relevansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sebagai sumber bukti.
  • Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada siswa.

C.    Kelebihan Metode Proyek
  • Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
  • Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pengetahuan yang diperoleh fungsional.
  • Anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama.
  • Anak-anak bertanggung jawab penuh pada pekerjaannya
D.    Kekurangan Metode Proyek
  • Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
  • Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
  • Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
  • Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

TITRASI ASAM-BASA

Merupakan metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat yang sudah diketahui konsentrasinya.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi:
1.    Titrasi asam basa (asidi alkalimetri): melibatkan reaksi asam basa
2.    Titrasi redoks: titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi
3.    Titrasi pengendapan argentometri
4.    Titrasi kompleksometri: titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks

Dikenal beberapa istilah, antara lain:
1.    Titrant: Zat yang akan ditentukan kadarnya
2.    Titer: zat yang sudah diketahui konsentrasinya

Berdasarkan kekuatan asam dan basa, titrasi asidi-alkalimetri dapat dibedakan atas tiga bagian:
1.    Titrasi asam kuat – basa kuat
Contoh: HCl, H2, HNO3 dengan NaOH, KOH, Ba(OH)2
Pada titrasi ini titik ekivalen dicapai pada pH sekitar 7. Apabila trayek pH terlalu jauh dari 7, titik akhir titrasi akan sangat menyimpang titik ekivalen. Indikator yang tepat adalah Bromthymol Blue.
2.    Titrasi asam kuat – basa lemah
Contoh: HCl, H2, HNO3 dengan NH4OH, Boraks, (Na2B4O.10H2O)
Titik ekivalen lebih kecil daripada 7. Sebab, garam yang terbentuk oleh hidrolisis menghasilkan basa lemah dan ion H+. Indikator yang cocok adalah metil merah atau metil jingga.
3.    Titrasi asam lemah – basa kuat
Contoh: CH3COOH, H2C2O4, H3PO4 dengan NaOH, KOH, atau Ba(OH)2
pH larutan di titik ekivalen lebih besar dari 7. Hal ini disebabkan oleh garam yang terhidrolisis menghasilkan asam lemah dan ino OH-. Indikator yang cocok adalah phenolftalin.


Rumus Umum Titrasi:
Pada saat titik ekivalen, mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
N.V-asam = N. V-basa
n. M. V-asam = n. M. V-basa

 

Komentar

Tag

Bahan Ajar (42) Biologi (33) Fisika (20) Guru (30) IPA (44) Kesehatan (11) Kimia (25) Kuliah (26) Media (3) Pembelajaran (56) Pendidikan (58) Penelitian (13) PLH (1)

Follower

Histats

Most Wanted