Pendahuluan
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Kurikulum yang digunakan untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disingkat dengan KTSP. Selain adanya perubahan kurikulum, juga perlu diterapkan strategi, model, teknik, pendekatan, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran adalah sistem interaksi peserta didik dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar pada suatu lingkungan belajar, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Pembelajaran biologi akan berlangsung dengan baik jika guru dalam sebuah prosesnya memiliki dua kompetensi utama yaitu; 1. kompetensi substansi pembelajaran; 2. kopetensi metodologi pembelajaran. Selain menguasai materi yang akan disampaikan maka guru juga diharuskan menguasai metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan materi ajar yaitu mengacu pada prinsip pedagogik, antara lain memahami berbagai macam karakteristik siswa. Jika metode pembelajaran tidak menarik, maka transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa juga menjadi tidak maksimal.
Salah satu kompetensi guru yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar adalah memahami berbagai model pembelajaran dan mampu menggunakannya dengan baik. Peran utama guru adalah memberikan pengalaman dan memperkaya pengetahuan siswa dengan mengeksplorasi lingkungan dengan proses pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu sangat membantu proses pembelajaran, pada mata pelajaran biologi yang sering digunakan sebagai media adalah multimedia berbasis komputer, torso, charta, dan lingkungan riil. Penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran yang disampaikan, sebagai contoh adalah materi ekologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang ekosistem. Pada kurikulum KTSP di SMA kelas X materi pokok ekosistem yang mempelajari tentang interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan disekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kubicek (2005:1) bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan melibatkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran secara aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih baik. Penelitian lain yang senada juga diungkapkan oleh Bilgin (2009:1038) juga menyebutkan bahwa siswa dengan kelompok inkuiri terbimbing yang belajar secara kooperatif mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap penguasaan konsep materi pelajaran dan menunjukkan sikap yang positif.
Namun dikalangan guru biologi, minimnya media yang digunakan pada proses pembelajaran biologi disinyalir sebagai salah satu penyebab belajar biologi menjadi terasa abstrak, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang telah disampaikan, maka alternatifnya adalah pemanfaatan perkembangan teknologi sebagai media untuk memperkukuh dan memaksimalkan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor siswa atau dengan memanfaatkan kreativitas guru dengan memanfaatkan alam sebagai wahana dalam bereksplorasi dan proses penemuan yang mendukung prestasi belajar biologi siswa. Penggunaan lingkungan riil sebagi media belajar biologi yaitu memanfaatkan sawah, lapangan, sungai, hutan dan hal-hal yang bersifat langsung dengan obyek pembelajaran.
Masih banyak yang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dengan biaya mahal, contohnya yang adalah media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide Suara, video, Multimedia Interaktif, e-learning. Namun sesungguhnya hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media pembelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sambunmacan, Sragen dengan waktu penelitian pada semester II tahun pelajaran 2009/2010. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X3 sebanyak 73 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak.
Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan perbedaan variabel yang diteliti yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multimedia dan lingkungan riil. Pada penelitian ini motivasi berprestasi siswa dibedakan motivasi berprestasi tinggi dan rendah, dan kemampuan awal dibedakan kemampuan awal tinggi dan rendah, untuk model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multimedia dan lingkungan riil. Rancangan desain yang digunakan adalah desain Anava 3 jalan 2x2x2.
Uji persyaratan analisis dengan menggunakan uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan software minitab 15.1.2 dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data prestasi belajar versus motivasi berprestasi, prestasi belajar versus kemampuan awal, dan prestasi belajar versus media yang digunakan Tes-F dan Tes-Levene, dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = sampel berasal dari populasi tidak homogen
H1 = sampel berasal dari populasi homogen
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode analisis variansi tiga jalan dengan isi sel tidak sama apabila p-value lebih kecil daripada alpha maka dilanjutkan dengan u ji lanjut analisis variansi yaitu uji lanjut hipotesis.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Hipotesis 1
Berdasarkan keputusan uji maka Ho1 ditolak maka terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan multimedia dengan lingkungan riil terhadap prestasi belajar biologi hal tersebut ditinjukkan dari harga p-value yaitu 0,013 hal tersebut juga didukung dari niali rata-rata prestasi belajar menunjukkan perbedaan yang relatif besar yaitu 60,32 pada kelompok belajar dengan lingkungan riil sedangkan pada kelompok multimedia adalah 55,34. Selisih rata-rata prestasi dengan penggunaan media tersebut adalah 4,98. Berdasarkan data rata-rata prestasi belajar tersebut dan didukung dengan hasil uji lanjut analisis variansi maka dapat disimpulkan bahwa media riil lingkungan sebagai wahana dalam belajar ekosistem memberikan pengaruh yang lebih baik daripada menggunkan multimedia.
Menurut I Wayan Santyasa (2007:7) dalam makalahnya yang berjudul landasan konseptual media pembelajaran menyatakan bahwa “kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak”. Penerapan lingkungan sekolah sebagai media untuk belajar ekosistem adalah sebuah cara yang dilakukan oleh guru untuk bisa menghadapkan siswa langsung pada objek yang dipelajarinya. Sumber belajar lingkungan riil ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Pembelajaran ekosistem pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Sambungmacan dengan mengajak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan untuk dijadikan siswa sebagai sarana belajar untuk belajar aktif dalam berinkuiri maka siswa akan mendayagunakan seluruh organ-organ tubuhnya, indera-indera, dan pikirannya untuk belajar. Siswa dapat memegang, mengamati secara langsung obyek yang dipelajarinya sehingga dalam memahami konsep-konsep menjadi mudah. Selain itu siswa juga mampu mendeskripsikan serta mengelompokkan berdasarkan pada karakteristik yang telah dibaca, sebagai contoh adalah ketika siswa disuruh mengelompokkan komponen ekosistem pada pertemuan pertama. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya mendefinisikan dan menyebutkan contoh-contoh komponen biotik maupun abiotik dalan ekosistem sawah.
Juniman Silalahi (2008:100-105) dalam penelitiannya membuktikan bahwa proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan lingkungan atau suasana tempat proses pembelajaran tersebut berlangsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa iklim kelas akan meberikan pengaruh yang buruk terhadap motivasi belajar siswa, begitu juga sebaliknya iklim kelas yang baik iklim kelas maka senakin tinggi motivasi siswa dalam belajar. Lingkungan disekitar SMA Negeri 1 Sambungmacan sangat mendukung untuk belajar materi ekosistem, terlihat pada disekitar sekolah terdapat hutan buatan, area persawahan, sungai, dan lapangan. Dengan demikian siswa akan mudah mempelajari dan membandingkan antara ekosistem satu dengan yang lainnya. Hal tersebut akan berbeda apabila dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang menggunakan multimedia dalam berinkuiri. Siswa hanya bisa mengamati pada slide proyektor saja kemudian menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa. Keaktifan sudah tampak terlihat namun dukungan dari kerja organ-organ tubuh mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi. Siswa yang aktif baik organ mapun pikiran dan didukung suasana belajar yang tidak terbatas pada ruang kelas lebih memberikan materi yang berkesan dan bermakna pada siswa.
2. Hipotesis 2
Berdasarkan keputusan uji hipotesis bahwa harga pada p-value = 0,821 atau (p > α) maka dinyatakan H02 tidak ditolak, hal ini berarti tidak terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap prestasi belajar biologi. Secara umum dapat dikatakan motivasi berprestasi tinggi dan rendah tidak dipengaruhi oleh motivasi berprestasi. Motivasi untuk berprestasi disatu waktu akan berbeda pada waktu yang lain, hal tersebut juga didukung dengan kondisi psikologis seseorang yang berada pada masa remaja yaitu transisi dari anak-anak menuju dewasa seperti halnya pada siswa kelas X. Masalah yang sangat kompleks dialami pada masa remaja, besarnya rasa ingin tahu dan keninginan untuk mencoba segala sesuatu semakin bertambah dan menjadi sebuah kebutuhan psikologis, maka terjadilah banyak masalah karena masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman hidup. Sebagai contoh adalah mulai tertarik pada lawan jenis dan kebutuhan diakui dalam sebuah kelompok teman sebayanya. Apabila hal tersebut tidak terjadi sesuai yang diinginkan maka akan berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar dan mendapatkan prestasi yang diharapkan sehingga dala kesehariannya siswa menjadi kurang berkonsentrasi terhadap pelajaran. Opini yang tertanam dalam budaya di masyarakat, bahwa wanita akan mendapat penolakan apabila mempunyai prestasi yang tinggi, hal tersebut yang bisa menjadi indikator wanita menjadi kurang bisa menetapkan tujuannya. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan terdiri lebih banyak siswa wanita daripada laki-laki.
3. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat harga pada p-value = 0,014 (p < α) maka dinyatakan H03 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar biologi. Kemampuan awal dalam belajar biologi akan menentukan kelancaran siswa dalam memhami materi yang sedang dipelajarinya. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi adalah siswa yang sudah memahami sebagian besar dasar-dasar dalam belajar ekosistem, sedangkan siswa dengan skor kemampuan awal rendah adalah kebalikannya yaitu siswa yang kurang memahami sebagian besar materi dasar dalam belajar ekosistem. Berdasarkan hail uji lanjut pada kemampuan awal terhadap prestasi belajar biologi didapat bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberika pengaruh posistif yang signifikan sedangkan kemampuan awal rendah memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi. Hasil tersebut sependapat dengan penelitian Andi Sutonda Situmorang (2008), yang menunjukkan bahwa kemampuan awal tinggi memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Dengan dasar pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan awalnya masih kurang harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang sedang dipelajarinya. Maka siswa yang mempunyai kesiapan kemampuan awal dalam belajar ekosistem akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau kemampuan awal dalam belajar ekosistem.
4. Hipotesis 4
Berdasarkan keputusan uji harga pada p-value = 0,125 atau (p > α) maka dinyatakan H04 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar biologi. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah dengan penggunaan media terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh yang diberikan motivasi berprestasi tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan motivasi berprestasi rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh motivasi berprestasi rendah terhadapa prestasi belajar biologi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan motivasi berprestasi tinggi. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dengan motivasi berprestasi rendah.
Pernyataan J.J. Rousseau dengan teorinya “kembali ke alam” seperti yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2009:194) bahwa “alam menunjukkan pengaruh yang begitu penting terhadap perkembangan anak didik”. Maka dai itu, pendidikan sebaiknya dilakukan pada alam yang bersih, tenang, suasana yang menyenangkan, dan segar sehingga mendukung perkembangan pengetahuan dan memotivasi siswa untuk terus mencapai tujuan belajar.
5. Hipotesis 5
Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,801 atau (p > α) maka dinyatakan H05 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar biologi. Pada penelitian ini ditemukan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal dengan media pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi pada materi pokok ekosistem. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal terhadap prestasi belajar biologi adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan media pembelajaran, dan begitu juga sebaliknya pengaruh yang diberikan media pembelajaran terhadap prestasi belajar adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal siswa. Dua variabel tersebut tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpilkan tidak ada interaksi yang signifikan antara media pembelajaran dengan kemampuan awal. Namun demikian bukan berarti tidak ada interakasi sama sekali antara kemampuan awal dengan dengan multimedia dan lingkungan riil terhadapap prestasi belajar biologi. Prestasi belajar rata-rata dengan kemampuan awal tinggi adalah 57,77 pada Multimedia dan 64,94 pada lingkungan riil sedangkan nilai rata-rata kemampuan awal rendah adalah 52,64 untuk multimedia dan 62,5 pada lingkungan riil. Berdasarkan data-data pada penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun rendah pada materi ekosistem lebih cocok menggunakan lingkungan riil sebagi media pembelajaran daripada menggunakan multimedia.
6. Hipotesis 6
Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,120 atau (p > α) maka dinyatakan H06 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dengan kemampuan awal siwa terhadap prestasi belajar biologi.
Didalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan awal terhadpa prestasi belajar. Pengaruh yang diberikan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar merupakan yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh kemampuan awal terhadap prestasi belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan motivasi berprestasi. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan awal.
7. Hipotesis 7
Pada hipotesis ke-7 dari tabel 4.10 harga pada p-value = 0,871 atau (p > α) maka dinyatakan H07 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dan kemampuan awal dengan media pembelajaran multimedia dan lingkungan riil siswa tehadap prestasi belajar biologi.
Hipotesis 7 merupakan hipoetsis untuk interaksi orde dua (second mark interaction) yang merupakan interaksi antara sepasang variabel dengan variabel ketiga. Interaksi antara sepasang variabel yang dikenal dengan interaksi orde pertama (first rank interaction) terdapat pada hipotesis 4, 5, dan 6. Berdasarkan pengujian hipotesis 4, 5, dan 6 tidak terdapat interaksi yang signifikan untuk interaksi orde pertama, maka tentunya interaksi orde kedua juga tidak ada.