wibiya widget

rss

Tampilkan postingan dengan label Kuliah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliah. Tampilkan semua postingan

Literasi Sains dan Pengukurannya


Kompetensi literasi sains menurut PISA terdiri dari tiga hal yaitu: 1) Kompetensi mengidentifikasi isu-isu ilmiah. Kemampuan ini meliputi bebrapa keterampilan yaitu mengidentifikasi masalah yang dapat diselidiki secara ilmiah, mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah, mengidentifikasi kata kunci dari penyelidikan ilmiah. 2) kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah.  Beberapa keterampilan dalam kompetensi ini mencakup menerapkan pengetahuan ilmu pada situasi tertentu, menggambarkan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan, mengidentifikasi deskripsi yang tepat, menjelaskan, dan melakukan prediksi. 3) Kompetensi menggunakan bukti-bukti ilmiah. Komptensi ini meliputi beberapa keterampilan yaitu mengintepretasikan bukti ilmiah dan membuat dan memberikan kesimpulan, mengidentifikasi asumsi-asumsi, bukti dan memberikan alasan untuk menarik kesimpulan, merefleksikan implikasi sosial dari sains dan perkembangan teknologi. (OECD, 2006; 2012; Toharudin., et al, 2011).
Pengukuran terhadap pencapaian literasi sains berdasarkan standar  PISA yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidenifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk  juga mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui akitivitas manusia. Situasi atau konteks adalah area aplikasi konsep-konsep sains yang dikelompokkan menjadi tiga area sains yaitu kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan dan teknologi (Toharudin., et al, 2011: 9)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains seseorang. Menurut Hariadi (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi literasi sains pada seseorang yaitu: 1) sikap mahasiswa terhadap sains, 2) latar belakang pendidikan orang tua, 3) kepercayaan diri dan motivasi belajar sains, 4) waktu untuk belajar sains, 5) strategi belajar mengajar sains. Sejalan dengan pendapat tersebut Sujana, (2004) dan  Ă–zdem., et al (2010) menyebutkan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan kemampuan literasi sains yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran.


[Nilai] KONSEP DASAR BUMI & ANTARIKSA SD 2014




Hasil belajar mata kuliah Konsep Dasar Bumi dan Antariksa SD FKIP Universitas Pakuan Bogor dapat diunduh pada link berikut:

NILAI UTS TEKNOLOGI MEDIA PEMBELAJARA



[GAMES] KONSEP DASAR BUMI & ANTARIKSA 2013



PETUNJUK:

Temukan kata/istilah/tokoh dalam astronomi (tata surya) pada BBM 6, baik secara mendatar (ke kanan) maupun menurun, masing-masing kotak terdapat 20 kata pada kotak 1 dan 22 kata pada kotak 2

Tuliskan kata yang anda temukan pada kolom komentar dengan menggunakan akun facebook anda disertai dengan penjelasan kata yang anda temukan, semakin detail penjelasan anda maka semakin bagus. 

Jawaban dibatasi minimal 100 karakter dan max tidak terbatas.

Satu Mahasiswa diwajibkan menulis jawaban max 1 (satu) pada kolom komentar, periode waktu menjawab mulai Jam 15.00 WIB tanggal 24 April 2013 sampai dengan 14.59 WIB tanggal 25 April 2013.


Contoh: 
Kotak1: JUPITER ~ Planet Jupiter ialah planet terbesar dalam gugusan planet pada tata surya. Merupakan planet terdekat yang kelima dari Matahari. Nama Jupiter sendiri berasal dari sebutan astronomi purba yang merupakan nama raja para Dewa Romawi kuno. Diameter planet Jupiter yang termasuk dalam kelompok planet besar (major planets, diantaranya: Saturnus, Uranus, dan Neptunus) ini, yaitu sepanjang 142.984 kilometer, lebih dari 11 kali lipat panjang diameter planet Bumi, dan sekitar 1/10 panjangnya diameter yang dimiliki oleh bintang Matahari. Layaknya Bumi dan Mars, planet Jupiter pun memiliki Atmosfer yang sebagian besar mengandung hidrogen (H) dan helium (He), selain unsur gas lain yang lebih kecil jumlahnya. Mempunyai 16 satelit alami dengan diameter paling kecil sepanjang 10 kilometer. 4 satelit yang terbesarnya, yaitu Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Keempat bulan ini disebut satelit Galilea, karena ditemukan oleh pakar astronomi dunia asal Italia Galileo Galilei, lewat teleskop refraktor pertama kali ciptaannya, pada tahun 1610.  (NPM: 0371 11 002) #KDBA


 Kotak 1




Kotak 2


MATERI TEKNOLOGI MEDIA PEMBELAJARAN

Materi Teknologi Media Pembelajaran (file .ppt)


KONSEP DASAR BUMI DAN ANTARIKSA SD .ppt


MATERI .ppt KONSEP DASAR BUMI DAN ANTARIKSA SD:

1.1 STRUKTUR LAPISAN KULIT BUMI (LITOSFER)
1.2 BENTUK PERMUKAAN BUMI
1.3 PERUBAHAN BENTANG ALAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
2.1 ATMOSFER 
2.2 CUACA DAN IKLIM
2.3 KLASIFIKASI IKLIM
3    HIDROSFER
6    TATA SURYA

KOMPONEN DAN ASPEK-ASPEK DALAM LITERASI SAINS

      Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Rustaman et al., 2004). PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
  1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.
  2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
  3. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.
  4. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
  5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.

      Dari hasil akhir proses sains ini, siswa diharapkan dapat menggunakan konsep-konsep sains dalam konteks yang berbeda dari yang telah dipelajarinya. PISA memandang pendidikan sains untuk mempersiapkan warganegara masa depan, yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta.  Alasan ini  yang menyebabkan PISA tahun 2003  menetapkan 3 komponen proses sains berikut ini dalam penilaian literasi sains.

1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.

PEMBELAJARAN LITERASI SAINS



            Pembelajaran literasi sains merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup (Holbrook dan Rannikmae dalam Holbrook, 1998).
            Langkah-langkah pembelajaran literasi sains diadopsi dan diadaptasi dari proyek Chemie im Context atau ChiK (Nentwig et al., 2002) yang disesuaikan dengan kriteria pembelajaran berbasis literasi sains Holbrook (1998) dengan urutan sebagai berikut:

a. Tahap Kontak (Contact Phase)
            Pada tahap awal ini dikemukakan isu-isu atau masalah-masalah yang ada di masyarakat atau menggali berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar siswa yang dapat bersumber dari berita, artikel, atau pengalaman siswa sendiri. Topik tersebut kemudian dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Dengan begitu siswa diharapkan menyadari pentingnya memahami materi tersebut.

b. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase)
            Pada tahap ini dikemukakan permasalahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengundang rasa penasaran dan keingintahuan siswa. Pertanyaan ini berkaitan dengan isu atau masalah yang telah dibicarakan dan untuk mampu menjawabnya, siswa memerlukan pengetahuan dari materi yang akan dipelajari.

c. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase)
            Pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab. Eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya ceramah bermakna, diskusi dan kegiatan praktikum, atau gabungan dari ketiganya. Melalui kegiatan inilah berbagai kemampuan siswa akan tergali lebih dalam, baik aspek pengetahuan, keterampilan proses, maupun nilai dan sikap.

d. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making Phase)
            Pada tahap ini dilakukan pengambilan keputusan bersama dari permasalahan yang dimunculkan pada tahap kuriositi. Dengan begini, penyelesaian dan permasalhan yang muncul tersebut jelas dan benar-benar dapat dipahami oleh siswa tanpa ada keraguan.

e. Tahap Nexus (Nexus Phase)
            Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan intisari (konsep dasar) dan materi yang dipelajari, kemudian mengaplikasikannya pada konteks yang lain (dekontekstualsasi), artinya masalah yang sama diberikan dalam konteks yang berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya (Nentwig et al,. 2002). Tahap ini dilakukan agar pengetahuan yang diperoleh lebih aplikatif dan bermakna, tidak hanya di dalam konteks pembelajaran tetapi juga di luar konteks pembelajaran.

f. Tahap Penilaian (Assesment Phase)
            Pada tahap ini dilakukan penilaian pembelajaran secara keseluruhan yang berguna untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Penilaian dilakukan bukan hanya untuk menilai aspek pengetahuan atau konten saja, tetapi juga aspek proses, aspek konteks aplikasi, dan aspek sikap sains.

HUBUNGAN LITERASI SAINS DENGAN PISA

PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000, 2003, dan 2006.

Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Studi PISA yang dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation & Development) dan Unesco Institute for Statistics bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan pengetahuan dimasyarakat (knowledge society). Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah.

Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity”. Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. PISA juga menilai pemahaman peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan pentingnya sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia  yang reflektif. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. 

KURIKULUM SAINS



Ruang Lingkup Bahan Ajar

Ruang lingkup bahan ajar dikalsifikasikan menjadi 2 kategori:
  1. Peserta didik kelas 1 – 9 meliputi: 1) makhluk hidup dan kehidupan, 2) bendan dan sifatnya, 3) energi dan perubahannya, 4) bumi dan alam semesta.
  2. Peserta didik kelas 10 – 12 meliputi: cabang sains yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi memiliki ruang lingkup bahan ajar sendiri-sendiri.
Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, kontekstual dan berpusat pada peserta didik, guru bertindak sebagai fasilitator. Proses pembelajaran yang terlihat dalam SK dan KD kurikulum 2006. Contoh Fisika SD yang berhubungan dengan kerja ilmiah:
  1. Kelas 1 – 3 belum mengenal tentang cara kerja ilmiah. Hanya terbatas pada mengenal, mengidentifikasi, membiasakan, membedakan, menggolongkan, dan mendeskripsikan.
  2. Kelas 4 mulai mengenal cara kerja ilmiah, contoh: gaya dapat merubah bentuk dan gerak suatu benda.
  3. Kelas 5 mulai memahami cara kerja ilmiah, yaitu menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap, tetapi sebagian besar hanya mengidentifikasi dan mendekripsikan.
  4. Kelas , mulai tampak adanya cara kerja ilmiah, yaitu melakukan penyelidikan hubungan antara gaya dan gerak.
  5. Kelas 7 – 12, mulai paham tampak jelas bahwa kerja ilmiah banyak digunakan dalam pembelajaran sains, selain menganalisis dan pemecahan masalah.
Penilaian atau Asesmen

Ditinjau dar kurikulum sains SD, SMP, dan sains Fisika SMA, asesmen pembelajaran sains SD, SMP, dan SMA menekankan pada penilaian kinerja atau penilaian otontik (authentic assessment) dan pemecehan masalah (problem solving). Kurikulum pendidikan sains yang dikembangkan oleh the National Research Council USA dan diterbitkan oleh National Academy Press, Washington DC.

Standar Isi (Content)
  • Garis besar standar isi sains berupa apa saja yang akan diketahui, dipahami, dan dapat dilakukan dalam sains oleh peserta didik; dari TK sampai kelas 12. Ruang lingkup sains dibagi menjadi delapan kategori: 1. Pemersatu konsep dan proses sains; 2. Sains sebagai inkuiri, 3. Ilmu-ilmu kealaman, 4. Ailmu-ilmu hayati, 5. Ilmu pengetahuan bumi dan antariksa  (IPBA); 6. Sains dan teknologi; 7. Sains dalam perspektif personal dan sosial; dan 8. Sejarah dan hakekat sains.

 Standar Pengajaran Sains
  • Mendeskripsikan apa saja yang harus dipahami dan dikerjakan oleh guru-gur sains diseluruh tingkatan kelas.


  1. Perencanaan program sains berdasar penyelidikan
  2. Tindakan membimbing dan memfasilitasi pembelajaran peserta didik
  3. Membuat asesmen pengajaran dan pembelajaran peserta didik
  4. Pengembangan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar IPA
  5. Menciptakan komunitas pembelajar Sains
  6. Merencanakan dan mengembangkan program sains sekolah
Standar Penilaian (Asesmen)
  1. Menyediakan kriteria untuk menentukan kualitas praktik-praktik penilaian.
  2. Konsistensi penilaian dengan suatu keputusan merupakan desain untuk informasi
  3. Penilaian prestasi dan kesempatan keduanya untuk belajar sains
  4. Mencocokan antara kualitas teknis dari kumpulan data dan konsekuensi tindakan yang diambil dari basis data tersebut
  5. Kejujuran dri praktik penilaian
  6. Ketepatan penarikan kesimpulan yang dibuat dari penialian tentang prestasi peserta didik dan kesempatan untuk belajar.
Dari kuriulum yang dikembangankan oleh the National Research Council USA dapat diperoleh pokok-pokok pikiran untuk pengembangan kurikulum sains kedepan:
  1. Penggolongan standar isi untuk seluruh tingkatan kelas yang sama. Perbedaannya terletak pada kesesuaian antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif (pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif).
  2. Pada pengajaran sains, guru hendaknya a) mengajar IPA berbasis inkuri, b) sebagai pembimbing dan fasilitator, c) menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, d) merancang lingkungan sedemikian rupa untuk sumber pembelajaran kontekstual, e) menciptakan kelompok belajar sains.
  3. Penilaian belajar hendaaknya menekankan pada aspek-aspek yang penting, bukan yang mudah untuk diniliai.
  4. Penilaian hasil belajar jangka panjang berupa kemampuan (ability) yang dicapai melalui interaksi antara pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skills), dengan penilaian otentik berdasarkan data dan jujur.
Materi .ppt download disini



VIRUS



Ciri-ciri virus:
  1.  Kebanyakan memiliki ukuran ultra mikroskopik antara 20 mi – 300 mi (1 mi: 1 x 10-6)
  2. Ilmu yang mempelajari virus: virologi
  3. Tidak memiliki protoplasma
  4. Umumnya berupa hablur/ kristal
  5. Bentuk bervariasi: memanjang (batang atau jarum), oval, bulat, kotak berbidang banyak (polyhedron), ada yang berbentuk T.
  6. Bersifat aktif hanya pada makhluk hidup spesifik


Alasan virus bukan termasuk makhluk hidup
  1. Tidak memiliki protoplasma
  2. Dapat dikristalkan
  3. Ukurannya yang sangat kecil


Sedangkan menurut biologi virus termasuk makhluk hidup adalah:
  • Memiliki DNA/RNA
  •  Mampu bereproduksi (dalam sel hidup)


Sejarah Penemuan Virus:

Ditemukan pertama kali oleh Adolf Mayer (1885) yaitu bercak-bercak kuning (mosaik) pada tembakau. Hal tersebut dikuatkan oleh Dimitri Ivanovsky (1892) dan M. Beijerink (1899) yaitu terdapat pada daun tembakau yang menyebabkan belang-belang pada daun tembakau yang dikenal dengan mosaik daun.

Pada tahun 1897, oleh Loftler dan Frosch menemukan virus yang menyebabkan penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak., berikutnya Reed (1990) menemukan virus yang menyebabkan kuning pada manusia .

Towrt (1916) dan d’ Herelle (1917) menemukan virus bakteri yang menyebabkan lisis (penguraian), virus tersebut adalah bakteriofage (pemakan bakteri).

Peranan Virus
Virus Menguntungkan
  • Virus yang melemahkan bakteri yaitu virus yang menyerang bakteri pathogen, ketika DNA virus lisogenik masuk ke dalam DNA bakteri pathogen. Contoh: Bakteri penyebab difteri dan demam scarlet Selain itu virus digunakan untuk memproduksi vaksin.
  • Virus Merugikan
  • Beberapa virus menyebabkan penyakit seperti mata belek, influenza, polio, cacar, campak, hepatitis, rabies, herpes, gondong, kanker, AIDS, dan ebola.

PERBEDAAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN



A.    PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Menurut Joni (1992/1993) pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara memandang terhadap pembelajaran. Killen (1998) menggunakan dua pendekatan utama dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada aktivitas guru (teacher centered aproach) dan pendekatan yang berpusat kepada siswa (student centered approach).

B.     STRATEGO PEMBELAJARAN
Apabila guru telah mengambil keputusan tentang pendekatan yang akan diterapkan dalam pembelajarannya, maka langkah selanjutnya adalah menetukan strategi yang akan digunakan. Menurut Joni (1992/1993) strategi adalah ilmu atau kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran.

C.    METODE PEMBELAJARAN
Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan guru dalam dalam membelajarkan siswa. Menurut Joni (1992/1993) mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa bentu metode mengajar yang kita kenal adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi (modelling), eksperimen, pemecahan masalah, inkuiri, dan sebagainya.

D.    TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik pembelajaran mengacu pada ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan uru, ketersediaan peralatan, kesiapan siswa, dan sebagainya (Joni 1992/1993). Teknik pembelajaran merupakan wujud konkret dari penggunaan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran. 

KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH DASAR (SD)


Sebagaimana dikemukakan oleh Angela Anning (1994) perkembangan belajar anak itu sebagai berikut
  • Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak.
  • Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahapperkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya:dalam hal membaca permulaan, mengingat angka,dan belajar konservasi.
  • Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.
  • Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunaka secara efektif di sekolah.
  • Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain.
  • Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.


 Karakteristik pertumbuhan kejiwaan sebagai berikut.
  •  Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
  • Kehidupan sosialnya diperkaya dalam hal kemampuan, kerjasama juga bersaing dan kehidupan kelompok sebaya.
  • Semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu dan minat tertentu.
  •  Kemampuan berfikirnya masih dalam tingkatan persepsional.
  •  Dalam bergaul, bekerjasama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama.
  • Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat.
  • Ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang dan kurang memerlukan perlindungan orang dewasa (tim dosen FIP IKIP Malang, 1980 dalam Drs. Suharjo, M. S., M.A)


Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya adalah perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.

Sedangkan menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.

Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu:
  • Tahap sensorik motor usia 0-2 tahun.
  • Tahap operasional usia 2-6 tahun
  •  Tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun.
  • Tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.


Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.

Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :
  1.  Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit
  2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
  3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor
  4. Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri
  5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah
  6.  Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
  7. Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.

 Karakteristiknya antara lain:
  1. Senang bermain
  2. Senang bergerak
  3.  Senang bekerja dalam kelompok
  4. Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.
  5. Anak cengeng dan manja
  6. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
  7. Senang diperhatikan
  8. Senang meniru

SEL


 Tokoh-tokoh:

Robert Hooke (1655)         
Menggunakan bagian mikroskop untuk menggambarkan pori kecil pada irisan gabus, yaitu sel.

Antoni Van Leuwenhoek (1674)
Membuat dan menggunakan mikroskop cahaya sederhana melaporkan penemuan protoazoa (berikutnya sekitar 9 tahuan kemudian di temukan bakteri)

Schleiden dan Schwann (1838)
Mengusulkan teori sel, bahwa sel terjdai setelah 20 tahun kemudian, ketika Rudolph Virchow, ahli Patologi Jerman mempublikasikan teori Omnis Cellula e celulla” artinya semua sel berasala dari sel sebelumnya.

Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari suatu makhluk hidup.

Ciri-ciri sel:
·        Ukuran mikroskopis (bersifat nanometer 10­­­-9 sampai dengan mikrometer 10-6)
·        Dapat ditembus cahaya
·        Dibutuhkan teknik pewarnaan untuk mempelajari lebih lanjut


PEBEDAAN SEL HEWAN DAN TUMBUHAN
Sel Hewan
Sel Tumbuhan
1.      Tidak memiliki dinding sel
1.     Memiliki dinding sel dan membran sel
2.      Tidak memiliki plastida
2.      Umumnya memiliki plastida
3.      Memiliki lisosom
3.      Tidak memiliki lisosom
4.      Memiliki sentrosom
4.      Tidak memiliki sentrosom
5. Timbunan zat berupa lemak dan glikogen
5.      Timbunan zat berupa pati
6.      Bentuk tidak tetap
6.      Bentuk tetap
7.     Pada hewan tertentu memiliki vakuola, ukuran kecil, sedikit
7.    Memiliki vakuola ukuran besar, banyak



Berdasarkan ada tidaknya membran inti sel dibedakan menjadi:
1.      Memiliki membran nukleus (Eukariotik)
2.      Tidak memiliki membran inti (Prokariotik) Contohnya: Bakteri, Cyanobakteria, dan alga hijau biru.

STRUKTUR DAN FUNGSI PERMUKAAN SEL DAN ORGANEL-ORGANEL SEL
1.      Struktur dan Fungsi Permukaan Sel
a.      Membran Plasma (membran sel)
·        Letak: mengelilingi cairan sel (sitoplasma) dan organel-organel sel.
·        Terdiri dari dua lapis fosfolipid, mengandung fosfolipid yang berbeda
·        Fungsi: Melindungi isi sel, memberikan bentuk pada sel, tempat perpindahan materi dari dan ke dalam sel.
·        Terdapat 3 macam proses keluar dan masuknya substansi melalui membran plasma:
1)     Difusi sederhana
2)     Difusi berfasilitas, keluar dan masuknya ion atau molekul yaitu a) dengan perantara pori yang dibentuk oleh protein; b) dengan berdifusi langsung  melalui fase lipid membran (urea, etanol); c) ditangkap oleh ionofor (Ca2+); d) di ikat oleh Carrier atau transporter, protein yang merubah konformasi dan melepaskan muatannya (ex: Cl-) kearah yang beralawanan.
3)     Transport aktif
Pemindahan ion melalui membran plasma membutuhkan energi, khsusunya terjadi ketika perpindahan ion melawan gradien konsentrasi (dari rendah ke tinggi).
·        Terjadi peristiwa difusi dan osmosis, difusi: transport ion dan molekul melintasi membran, pergerakan air dari dan ke suatau sel melalui membran semi permeabel
b.      Dinding Sel
·        Hanya dimiliki oleh sel tumbuhan, bakteri, dan beberapa fungi
·        Berfungsi sebagai penguat dan pelindung
·        Sebagaian besar tumbuhan disusun oleh selulosa (polisakarida dengan berat molekul yang tinggi) tersusun beberapa lapis membran di atas membran sel.
·        Pada tumbuhan terdiri atas tiga bagian: lamela tengah, dinding primer, dan dinding sekunder.
·        Pada bakteri menandung polisakarida, lipid, dan peptidoglikan (rantai pendek asam, amino dan gula)
c.      Glikokaliks
·        Disebut juga selaput gula pada sel hewan yang terdiri dari molekul glikolipid dan glikoprotein.
·        Banyak ditemukn pada permukaan epitel


2.      STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANEL-ORGANEL SEL
1.      Sitoplasma          
Merupakan substansi semicair dilindungi oleh membran plasma, mengandung organel-organel dan molekul yang bertanggung jawab pada metabolisme dan beberapa fungsi sel.
2.      Nukleus (inti sel)
Pada eukariotik menyimpan materi genetik (DNA) yang ditempatkan pada kromosom
3.      Ribosom
Disusun oleh dua sub unit RNA, dan tempat terjadinya sintesis protein.
4.      Retikulum Endoplasma
Terdiri dari RE kasar dan RE halus
RE kasar tempat terjadinya sintesis , modifikasi dan transport protein, sedangkan RE halus sebagai transpor dan sintesis lemak, steroid dan detoksifikasi
5.      Badan/ aparatus golgi
Tempat molekul dibuat di dalam RE, dimodifikasi dan dikemas untuk dikirim ke sitoplasma.
6.      Vakuola
Dapat menyimpan cairan, nutrisi, dan cairan tidak bermuatan, juga limbah. Merupakan suatu bentuk fagositosis, ketika mengambil cairan disebut pinositosis, mengambil benda padat disebut endositosis, dan mengeluarkan benda padat eksositosis.
7.      Vesikel Berselaput
8.      Lisosom
Menandung bermacan enzim penghancur dan pencerna bahan-bahan dan sisa-sisa sel.
9.      Perosisom
10. Mitokondria
Organel yang mereplikasi diri, ditemukan dalam semua sel eukariotik. Memiliki membran luar dan membran dalam disebut krista tempat dibentuknya ATP, dan daerah pusat matriks.
11. Plastida
Merupakan tempat fotosintesi pada sel tumbuhan, atau tempat penyimpanan bermacam nutrisi dan pigmen (kloroplas berwarna hijau dan leukoplas tidak berwarna
12. Sitokesleton
13. Sentriol
14. Silia dan Flagela
 

Komentar

Tag

Bahan Ajar (42) Biologi (33) Fisika (20) Guru (30) IPA (44) Kesehatan (11) Kimia (25) Kuliah (26) Media (3) PLH (1) Pembelajaran (56) Pendidikan (58) Penelitian (13)

Follower

Histats

Most Wanted