Merupakan metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat yang sudah diketahui konsentrasinya.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi:
1. Titrasi asam basa (asidi alkalimetri): melibatkan reaksi asam basa
2. Titrasi redoks: titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi
3. Titrasi pengendapan argentometri
4. Titrasi kompleksometri: titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi:
1. Titrasi asam basa (asidi alkalimetri): melibatkan reaksi asam basa
2. Titrasi redoks: titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi
3. Titrasi pengendapan argentometri
4. Titrasi kompleksometri: titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks
Dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Titrant: Zat yang akan ditentukan kadarnya
2. Titer: zat yang sudah diketahui konsentrasinya
Berdasarkan kekuatan asam dan basa, titrasi asidi-alkalimetri dapat dibedakan atas tiga bagian:
1. Titrasi asam kuat – basa kuat
Contoh: HCl, H2, HNO3 dengan NaOH, KOH, Ba(OH)2
Pada titrasi ini titik ekivalen dicapai pada pH sekitar 7. Apabila trayek pH terlalu jauh dari 7, titik akhir titrasi akan sangat menyimpang titik ekivalen. Indikator yang tepat adalah Bromthymol Blue.
2. Titrasi asam kuat – basa lemah
Contoh: HCl, H2, HNO3 dengan NH4OH, Boraks, (Na2B4O.10H2O)
Titik ekivalen lebih kecil daripada 7. Sebab, garam yang terbentuk oleh hidrolisis menghasilkan basa lemah dan ion H+. Indikator yang cocok adalah metil merah atau metil jingga.
3. Titrasi asam lemah – basa kuat
Contoh: CH3COOH, H2C2O4, H3PO4 dengan NaOH, KOH, atau Ba(OH)2
pH larutan di titik ekivalen lebih besar dari 7. Hal ini disebabkan oleh garam yang terhidrolisis menghasilkan asam lemah dan ino OH-. Indikator yang cocok adalah phenolftalin.
Rumus Umum Titrasi:
Pada saat titik ekivalen, mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
N.V-asam = N. V-basa
n. M. V-asam = n. M. V-basa