wibiya widget

rss

Kemampuan Memori



a. Pengertian Memori
Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental  bagi proses mental yang berhubungan dengan kinerja intelektual, dengan memori memungkinkan organisme  untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca, menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta tidak mampu berkomunikasi.
Kemampuan ingatan  secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian  mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985).  Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus  yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang.
Drever (1960) dalam Walgito (2003: 145) berpendapat :
”Memory : in the abstract and most general sense, that chararteristic of living organism, in vertue of which modify future experiences and behaviour, invirtus of which they have a history, and that history is recorded in themselves, than characteristic which underlines all learning, recall and recognition- what we call remembering- but there may be learning without remembering”

Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut , harus memahami bagaimana daya ingat itu bekerja, dengan demikian dapat memahami mengapa hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik.  Menurut Mahesh Kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: (1) Daya ingat mengenai sesuatu, (2) Kesan yang tinggal di daya ingat, (3) Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, (4) Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan.
Apabila dihubungkan dengan penguasaan materi baik oleh para siswai, maka kemampuan ingatan mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kemampuan untuk  menerima atau menangkap  dan memasukkan pesan atau materi  yang diterima ke dalam  ingatan; 2) Kamampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) Kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan  dan  disimpan  dalam ingatan; 4) Ketiga kemampuan tersebut antara individu satu dengan individu lain  tidak sama, bahkan pada individu yang sama belum tentu memiliki kesamaan dalam ketiga kemampuan di atas. Ada individu yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan pesan atau materi cukup baik, tetapi kemampuannya untuk  menyampaikan atau memunculkan kembali ke dalam kesadaran kurang baik. Ada juga yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan materi kurang baik, tetapi kemampuannya untuk menyampaikan atau memunculkan kembali cukup baik.
Kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memunculkan kembali pesan atau materi  mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efektifitas siswa dalam menerima materi maupun kemampuan mengulas kembali materi  belajar. Semakin baik kemampuan ingatan seorang siswa, maka semakin banyak materi yang akan diserap, disimpan dan diingatnya kemudian memunculkan dan mengkomunikasikannya. Begitu  juga semakin baik kemampuan ingatan, maka semakin banyak ia menerima, menyimpan dan mengingat pesan atau materi yang diterimanya kemudian diaplikasikannya dalam bentuk perilaku.
Kemampuan ingatan dikatakan baik apabila memiliki sifat-sifat  cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh dan luas dalam menyimpan serta siap memproduksi hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan tanpa kesulitan. Ingatan dikatakan setia apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dengan baik dan  tetap  atau tidak berubah sesuai dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan dikatakan teguh apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dalam jangka waktu yang cukup lama dan  tidak mudah lupa. Ingatan dikatakan luas apabila  mampu menyimpan  pesan atau materi dalam jumlah yang relatif  banyak, sedangkan ingatan dikatakan siap  apabila mampu dengan mudah mereproduksi atau memunculkan kembali pesan atau materi yang telah disimpan.
Ada dua cara  dalam mereprodukai atau memunculkan kembali pesan atau materi yang sudah tersimpan, yaitu dengan cara mengingat kembali atau recall dan mengenal kembali atau recognition. Pada mengingat kembali  individu dapat memunculkan  kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan tanpa adanya objek atau stimulus, sedangkan pada mengenal kembali individu dapat memunculkan kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan  adanya objek atau stimulus yang dapat dijadikan tumpuan dalam memunculkan pesan atau materi tersebut (Walgito, 1985).
Menurut Walgito (1985), ada beberapa cara  atau metode untuk mempelajari ingatan, yaitu metode mempelajari, metode mempelajari kembali, metode rekonstruksi, metode mengenal kembali, metode mengingat kembali dan metode asosiasi berpasangan. Terdapat perbedaan kemampuan dan kecepatan individu  untuk memasukkan  apa yang diamatinya dan semakin lama suatu materi  disimpan dalam ingatan dan jarang dimunculkan dalam kesadaran, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelupaan.
Selain kemampuan ingatan, ada faktor psikologis lain yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses dakwah, yaitu inteligensi. Inteligensi  adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta menyesuaikan  dengan lingkungan. Di dalam struktur inteligensi menurut Guilford juga terkandung komponen ingatan (Rustam, 1984).
Menurut Wechster (dalam Atkinson, dkk,1983) inteligensi adalah  sejumlah kapasitas atau seluruh kapasitas individu untuk bertindak, berpikir secara rasional dan untuk menyesuaikan  diri secara efektif dengan lingkungannya, sedangkan menurut Sternberg (dalam Atkinson, dkk, 1983) inteligensi meliputi empat kemampuan, yaitu  kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman, kemampuan untuk berfikir dan mempertimbangkan secara abstrak, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi sekeliling yang tidak menentu serta  kemampuan memotivasi  untuk menyelesaikan tugas-tugas yang perlu diselesaikan  dengan cara terbaik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan potensi yang diturunkan  dan dimiliki oleh setiap orang  untuk berfikir secara logis, berfikir abstrak dan kelincahan berfikir.
b.    Struktur Ingatan (Memori)

Secara struktural kemampuan ingatan (memori) dibedakan menjadi tiga sistem yang dikenal dengan model paradigma  Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madison (Solso, 1998), yaitu : 1) Sensory Memory (sistem ingatan sensori); 2) Short Term Memory (ingatan jangka pendek); 3) Long Term Memory (ingatan jangka panjang)

Sensory Memory  mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu kombinasi panca indera, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah  dan rabaan melalui kulit. Informasi tersebut akan diseleksi oleh individu secara sadar atau tidak sadar, bila informasi tersebut tidak diperhatikan, maka akan langsung terlupakan, tetapi bila diperhatikan, maka informasi tersebut akan ditransformasikan ke sistem ingatan jangka pendek, apabila diulang-ulang, maka akan masuk ke ingatan jangka panjang dan akan bersifat permanen. Adanya pembagian Short Term Memory dan Long Term Memory didasarkan pada suatu model pendekatan  information process, di mana pesan atau informasi  diproses melalui tahap-tahap  tertentu yang berurutan, sebelum masuk ke Long Term Memory pesan atau informasi tersebut  harus melewati tahap Short Term Memory.

Selanjutnya setelah berada dalam sistem ingatan jangka panjang, informasi tersebut dapat dimunculkan kembali melalui strategi tertentu (recall atau recognition) atau informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat dimunculkan kembali) karena kekurangan  dalam sistem pengarsipannya. Menurut Solso (1998), sistem ingatan jangka panjang  adalah kemampuan untuk menggali hal-hal lampau  dan menggunakan informasi tersebut untuk kejadian sekarang.

Kapasitas dan durasi sistem ingatan jangka panjang ini tidak terbatas, tetapi ada dua pendapat mengenai informasi yang tersimpan dalam sistem ingatan jangka panjang, yaitu : 1) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang tidak akan hilang, hanya individu tidak bisa memunculkan kembali; 2) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang dapat saja hilang karena adanya proses decay (pembusukan) atau interference (masuknya informasi baru yang mengganggu); 3) Huttenlucher dan Burke (dalam Matlin, 1989), mengatakan bahwa semakin sering orang menjaga ingatan atau memorinya, semakin banyak  informasi yang diingatnya, hal ini mengindikasikan  bahwa pengulangan  yang dilakukan untuk menjaga informasi yang diperoleh akan memungkinkan informasi yang masuk ke dalam sistem ingatan jangka pendek  masuk ke dalam sistem ingatan jangka panjang, kemudian pengaktifan sistem ingatan jangka pendek secara rutin akan memusatkan konsentrasi  dalam mengingat informasi.

Menurut Tulving (Solso, 1998), sistem ingatan atau memori yang paling baik  diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu memori prosedural, semantik dan episodik. Memori prosedural merupakan bentuk memori paling rendah, menyimpan hubungan antara stimulus dan respon yang dapat disamakan dengan ingatan asosiatif. Memori semantik adalah memori yang berhubungan dengan kata-kata, konsep-konsep, aturan-aturan dan ide-ide abstrak  yang bersifat kognitif. Memori semantik berguna untuk mendapatkan informasi dalam penyelesaian masalah, membaca atau dalam penggunaan bahasa. Memori ini sifatnya relatif stabil, menetap dan sulit hilang atau dilupakan. Memori semantik merupakan ensiklopedi mental  yang mengorganisasikan pengetahuan individu tentang kata-kata atau simbol verbal, makna dan referensinya, tentang hubungan yang terjadi di antara keduanya, tentang aturan, rumus-rumus dan sebagainya. Kapasitas seseorang untuk memproses informasi dengan cepat sangat dipengaruhi oleh efektivitas proses pengungkapan dan pengorganisasian informasi yang teratur  dalam memori semantik.

Sedangkan memori episodik adalah memori yang berhubungan dengan penerimaan dan penyimpanan  informasi tentang berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi  secara epoisodik dalam kehidupan manusia serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Memori episodik ini memiliki sifat sangat mudah berubah dan hilang karena informasi baru yang masuk, tetapi sangat penting untuk mengingat kembali berbagai peristiwa dan kejadian  (misalnya mengenal tempat dan orang). Memori ini kurang teratur struktur formalnya dibandingkan dengan memori semantik.

a.      Macam-macam Memori
Cognitive Model (Model Kognitif) mejelaskan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut: 1). Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary    lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut; 2) Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat;  3) Memori Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut.
Proses retrieval ini bisa berupa:  Recognition: Mengenali suatu stimulus   yang sudah pernah dialami   sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.  Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.  Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
d.  Cara Meningkatkan  Kemampuan Memori
Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Orang yang memiliki kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi; 3) Banyak latihan
 

Komentar

Tag

Bahan Ajar (42) Biologi (33) Fisika (20) Guru (30) IPA (44) Kesehatan (11) Kimia (25) Kuliah (26) Media (3) Pembelajaran (56) Pendidikan (58) Penelitian (13) PLH (1)

Follower

Histats

Most Wanted