Pembelajaran IPA di SD merupakan
interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan
pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk,
proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan
beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut.
1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang
meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together. Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan
lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan
pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA
tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan
agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be,
artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun
rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live
together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai
individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap
kemajemukan dalam kehidupan bersama.
2) Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu
diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin
tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang
dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur Muslichah, dalam
Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa inquiri diawali dari pengamatan
terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk menghasilkan
temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan
ketrampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta,
tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Beberapa komponen
inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran antara lain: (a) pengetahuan dan
ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri, (b)
informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan
bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c) siklus inquiri
adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
penyimpulan.
3) Prinsip Konstruktivisme. Dalam
pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan
kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan
pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.
4) Prinsip Salingtemas (sains,
lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang
dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan
memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.
5) Prinsip pemecahan masalah. Pada
dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai
macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak
ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran
IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu
masalah.
6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai.
Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan
perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi
dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.
7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip
pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik
aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan
dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar
pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa maksimal.